Kamis, 22 Mei 2014

Makalah Tentang Lingkungan Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan  faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia baik atau buruknya menurut ukuran normatif. Lingkungan pendidikan sangat berperan penting  dalam proses perkembangan pendidikan manusia. Proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal saja. Melainkan manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkunga itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Lingkungan Pendidikan ?
2.      Apa Saja Fungsi Lingkungan Pendidikan ?
3.      Apa Saja Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan ?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Lingkungan Pendidikan.
2.      Untuk Mengetahui Fungsi Lingkungan Pendidikan.
3.      Untuk Mengetahui Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan.

D.    Manfaat
1.      Manfaat Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis dapat mengembangkan teori yang dipelajari tentang Lingkungan Pendidikan.

2.      Manfaat Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca dapat mengetahui lebih jauh tentang  materi Lingkungan Pendidikan.





























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda mati,  makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa  yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada indivudu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggungjawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter  lembaga tersebut.
Menurut Hasbullah ( 2003 ) lingkungan pendidikan mencakup :
1.      Tempat (lingkungan fisik), kedaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
2.      Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup dan pandangan keagamaan.
3.      Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa perkumpulan dan lainya.
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik. Hali ini karena masing-masing lingkungan pendidikan memeliki  situasi sosial yang berbeda-beda seperti  faktor perencanaan, sarana, dan sistem pendidikan. Itensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauhmana lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.





B.     Fungsi Lingkungan Pendidikan
Fungsi lingkungan pendidikan antara lain sebagai berikut :
1.      Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan ifsik, sosial dan budaya,  terutama berbagai sumberdaya pendidikan  yang tersedia agar  dapat  mencapai  tujuan  pendidikan yang  optimal.
Perkembangan manusia dari interaksinya dengan lingkungan sekitar akan berjalan secara alamiah, tetapi perkembangan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan atau bahkan menyimpang darinya. Oleh karena itu, diperlukan usaha sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan sedemikian rupa agar mempunyai orientasi pada tujuan-tujuan pendidikan.
2.      Lingkungan pendidikan mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Hal ini karena masyarakat akan berfungsi baik jika setiap individu belajar berbagai hal, baik pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda.
Dalam menjalankan kedua fungsinya, lingkungan pendidikan harus digambarkan sebagai kesatuan yang utuh diantara berbagai ragam bentuknya.
C.    Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan
 Lingkungan pendidikan secara garis besar oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.       Keluarga
Keluarga  yaitu  pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah. kelurga bisa berbentuk kelurga inti ( ayah, ibu dan anak ) dan keluarga yang diperluas (kakek, nenek, ipar dan lain sebagainya). Keluaraga merupakan unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat yang didalamnya terdapat hubunhan-hubungan yang bersifat langsung. Disitulah berkembang individu dan terbentuknya tahap-tahap awal diperoleh pengetahuan proses permasyarakatan. Melalui interaksi tersebut diperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosidan sikapnya dalam hidup dan dengan itu diperoleh ketenangan dan keterampilan.
Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu dimana ia brinteraksi. Dari interaksi ini selanjutnya individu memperoleh unsur dan ciri dasar bagi pembentukan kepribadianya melalui akhlak, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan emosinya untuk ditampakan dalam sikap hidup dan tingkah laku.
Kelurga dalam pandangan  antropologi adalah kesatuan-kesatuan kecil yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama yang sangat erat. Orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mendidik anaknya. Pada dasarnya kewajiban ayah memberikan perlindungan terhadap semua anggota keluarga baik secara fisik maupun psikis. Ibu berkewajiban menjaga, memeliharadengan mendidik dan merawat anak-anaknya. Tetapi boleh jadi peran dan fungsi ayah dan ibubisa bergantian tergantung kepada situasi dan kondisi yang diperlukan.
Motivasi pengabdian keluarga didasarkan pada cinta dan kasih sayang sangat natural, sehingga suasana pendidikan yang berlangsung didalamnya berdasarkan pada suasana yang tanpa memikirkan hak. Secara natural, ayah dan ibu telah terpanggil untuk melakukan kewajiban mendidik anak-anaknya walaupun mereka tidak mempunyai seperangkat kompetensi profesional sebagaimana layaknya seorang guru disekolah, karena kewajiban itu berjalan dengan sendirinya secara naluriah. Pendidikan dalam keluarga ketika fase kanak-kanak merupakan pendidikan yang paling baik untuk mananamkan nila-nilai. Teknik yang paling tepat dalam proses ini dengan imitasi atau proses pembinaan anak secara lansung atau tidak lansung melalui pola dan tingkah laku seorang ayah dan ibu. Orang tua mendidik untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya serta menanamkam sikap dan mengembangan keterampilanya. Memberikan contoh sebagai keluarga ideal dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga.
Motivasi pengabdian keluarga (orang tua) semata-mata demi cinta kasih yang kodrati. Didalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlansung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga.  Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal –hal berikut :
a.       Dorongan atau motivasi cinta kasih yang menjieai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggungjawab dan mengabdikan dirinya untuk sang anak.
b.      Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggungjawab ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
c.       Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga juga bagian dari masyarakat, bangsa dan bernegara, bahkan kemanusiaan.
Disisi lain tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangja hal-hal berikut :
a.       Memelihara dan membebaskan anak, ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami  untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b.      Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c.       Memberi pengajaran  dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin dapat dicapainya.
d.      Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hdup muslim.
Dasar-dasar pendidikan orang tua yang diberikan kepada anak meliputi hal-hal berikut :
a.       Dasar budi pekerti dengan cara memberikan norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam pola yang masih sederhana.
b.      Daras pendidikan sosial dengan cara melatih anak dengan tata cara bergaul dan komunikasi yang baik terhadap lingkungan sosial sekitar.
c.       Dasar pendidikan intelek dengan cara mengajar anak tentang kaidah-kaidah bertutur bahasa yang baik.
d.      Dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan wajar dengan membiasakan anak hidup teratur, bersih, disiplin dan rajin.
e.       Dasar pendidikan kekeluargaan dengan memberikan apresiasi terhadap keluarga.
f.       Dasar pendidikan nasionalisme dan patriotisme dan berperikemanusiaan untuk mencintai bangsa dan tanah air.
g.      Dasar pendidikan agama, melatih dan membiasakan anak beribadah kepada Tuhan dengan meningkatkan aspek keimanan dan ketakwaan.

b.      Lingkungan Sekolah
Sekolah yaitu pendidikan skunder  yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai keluar sekolah dengan guru yang profesioanl. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal kerena menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang pengelolaanya dengan aturan yang lenih ketat di bandingkan lembaga lainya.
 Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak.  Karena itu disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk membentuk kepribadian anak. Pembinaan dan pengembangan anak disekolah diorientasikan pada  tujuan tertentu sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, diantaranya diorientasikan kepada kehidupan masyarakat dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat sekitarnya.
Sekolah sebagai sekolah formal menerima fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini :
1.      Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku ( undang-undang pendidikan ).
2.      Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3.      Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan ( para guru dan pendidik ) yang memerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatanya. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan kepercayaan orang tua ( masyarakat ) kepada sekolah dari para guru.
Sekolah formal dirancang sedemikian rupa agar lebih efekitf dan lebih efisien, yaitu bersifat klaksial dan berjenjang. Sistem klaksial memungkinkan anak belajar bersama dan dipimpin oleh seorang atau beberapa guru sebagai fasilitator. Sebagai konsekuensinya mereka menerima materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas biasanya    murid-muridnya mempunyai kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.
Sekolah memiliki ciri jenjang dapat dijelaskan sebagai berikut :
·      Jenjang Lembaga
Sekolah dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT). Sebagian dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dan sebagian lainya dikelola oleh Departemen Agama.
·      Jenjang Kelas
Di samping berjenjang ke atas menurut tingkatan lembaga, juga berjenjang menurut tingkatan kelas. Seperti pada jenjan lembaga, murid hanya bisa mengikuti pendidikan pada kelas yang lebih tinggi bilamana ia telah dapat menyelesikan pendidikanya di tingat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi. Pada tingat SD/MI terdiri dari enam kelas, SMP/MTS tiga kelas, dan SMA/MA termasuk sekolah yang sederajat tiga kelas. Sedangkan pada jenjang PT tidak ditentukan oleh jenjang kelas. Tetapi sejauhmana mahasiswa dan mahasiswi dapat menyelesaikan pendidikanya sesuai dengan kecepatanya.
Sistem pembelajaran pada masing-masing jenjang sebagaimana tersebut diatas telah ditentukan muatan materi, desain, strategi pembelajaran yang disebut dengan kurikulum. Masing-masing level atau jenis sekolah mempunyai kurikulum sendiri yang berbeda antara satu sama lain. Dengan memperhatikan asopan kurikulum ini, seoranga anak dapat berpindah ketempat lembaga dan atau jenjang pendidikan lainya sesuai dengan kompetensi  yang pernah dicapainya sesuai dengan muat5an kurikulumnya.
Evaluasi untuk mengukur kemampuan murid menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau jenis pendidikan dilakukan melalui tiga cara berikut :
1.      Formatif, dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran.
2.      Sumatif, dilakukan setiap semester atau setiap tahun. Untuk evaluasi yang diselenggarakan setiap tahun  ini kadang-kadang disebut dengan Evaluasi Tahap Akhir (EBTA).
3.      UAN (Ujian Akhir Nasional), adalah evaluasi yang diselenggarakan pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah (Sekolah Negeri) atau sekolah swasta yang berada dalam naungan pemerintah. Ujian ini bertujuan untuk mengawasi kualitas penyelenggaraan pendidikan dan bermaksud untuk mengukur kompetensi murid yang akan menyelesaikan pendidikan pada satu tingkat lembaga supaya mempunyai standar kualitas minimal yang relatif sama secara nasional. Pelaksanaan UAN di sekolah agar seorang murid belajar materi sebagaimana dikehendaki oleh kurikulum sehingga segala aspek kepribadiannya dapat berkembang secara maksimal dan optimal dengan rancangan kurikulumnya.



c.       Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir, tapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarat setempat sebagai lingkungan material. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang  pendidikan keluarga dan sekolah. Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pendidikan dalam pegaulan masyarakat banyak sekali terutama dalam lembaga-lembaga pendidikan seperti :
a)         Masjid, suaru atau langgar, musholla
b)        Madrasah, pondok pesantren
c)         Pengajian atau majelis taklim
d)        Kursus-kursus, dan
e)         Badan-badan pemerintah rohani (biro pernikahan, biro konsultasi, keagamaan, dan lainya).
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan -  kebiasaan, pembentukan pengertian ( pengetahuan ) sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Dalam perkembanganya, lembaga pendidikan islam ini, menjadi sarana pengembangan pribadi kearah kesempurnaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus. Lembaga pendidikan kemasyarakatan islam dapat mengambil bentuk organisasi kepanduan, perkumpulan pemuda, olahraga, kesenian, remaja mesjid, majlis taklim, koperasi, pusat keterampilan dan latihan, partai politik, perkumpulan agama, dan lain-lain. Semua lembaga ini dapat difungsikan dalam mengemban misi pendidikan islam.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlansungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul, baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung pada sistem pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan limgkungan masyarakat.

B.     saran
Dari uraian makalah diatas, adapun saran saya adalah untuk mencapai pendidikan yang maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal  balik yang erat dan sebuah koordinasi antar lingkungan pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar