BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia baik atau buruknya menurut ukuran normatif. Lingkungan pendidikan
sangat berperan penting dalam proses
perkembangan pendidikan manusia. Proses perkembangan dan pendidikan manusia
tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam
sistem pendidikan formal saja. Melainkan manusia selama hidupnya selalu akan
mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkunga
itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses
perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga
tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Lingkungan Pendidikan ?
2.
Apa Saja Fungsi Lingkungan Pendidikan ?
3.
Apa Saja Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan ?
C.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Lingkungan Pendidikan.
2.
Untuk Mengetahui Fungsi Lingkungan Pendidikan.
3.
Untuk Mengetahui Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan.
D.
Manfaat
1.
Manfaat Bagi Penulis
Manfaat bagi
penulis dapat mengembangkan teori yang dipelajari tentang Lingkungan
Pendidikan.
2.
Manfaat Bagi Pembaca
Manfaat bagi
pembaca dapat mengetahui lebih jauh tentang
materi Lingkungan Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia,
baik berupa benda mati, makhluk hidup,
ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada
indivudu. Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan
tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai
lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggungjawab yang secara khusus
menjadi bagian dari karakter lembaga
tersebut.
Menurut Hasbullah ( 2003 ) lingkungan pendidikan mencakup :
1.
Tempat (lingkungan fisik), kedaan iklim, keadaan tanah, keadaan
alam.
2.
Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu
seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup dan pandangan
keagamaan.
3.
Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat)
keluarga, kelompok bermain, desa perkumpulan dan lainya.
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
peserta didik. Hali ini karena masing-masing lingkungan pendidikan
memeliki situasi sosial yang
berbeda-beda seperti faktor perencanaan,
sarana, dan sistem pendidikan. Itensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta
didik tergantung sejauhmana lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas
terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
B.
Fungsi Lingkungan Pendidikan
Fungsi lingkungan pendidikan antara lain sebagai berikut :
1.
Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan ifsik, sosial dan
budaya, terutama berbagai sumberdaya
pendidikan yang tersedia agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Perkembangan
manusia dari interaksinya dengan lingkungan sekitar akan berjalan secara
alamiah, tetapi perkembangan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuan
pendidikan atau bahkan menyimpang darinya. Oleh karena itu, diperlukan usaha
sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan sedemikian rupa agar
mempunyai orientasi pada tujuan-tujuan pendidikan.
2.
Lingkungan pendidikan mengajarkan tingkah laku umum dan untuk
menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Hal
ini karena masyarakat akan berfungsi baik jika setiap individu belajar berbagai
hal, baik pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda.
Dalam menjalankan kedua fungsinya, lingkungan pendidikan harus
digambarkan sebagai kesatuan yang utuh diantara berbagai ragam bentuknya.
C.
Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan secara
garis besar oleh Ki Hajar Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri
Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.
Keluarga
Keluarga yaitu pengelompokan
primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah. kelurga
bisa berbentuk kelurga inti ( ayah, ibu dan anak ) dan keluarga yang diperluas
(kakek, nenek, ipar dan lain sebagainya). Keluaraga merupakan unit pertama dan
institusi pertama dalam masyarakat yang didalamnya terdapat hubunhan-hubungan
yang bersifat langsung. Disitulah berkembang individu dan terbentuknya
tahap-tahap awal diperoleh pengetahuan proses permasyarakatan. Melalui
interaksi tersebut diperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai,
emosidan sikapnya dalam hidup dan dengan itu diperoleh ketenangan dan keterampilan.
Keluarga
sebagai lingkungan pertama bagi individu dimana ia brinteraksi. Dari interaksi
ini selanjutnya individu memperoleh unsur dan ciri dasar bagi pembentukan
kepribadianya melalui akhlak, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan emosinya
untuk ditampakan dalam sikap hidup dan tingkah laku.
Kelurga dalam
pandangan antropologi adalah
kesatuan-kesatuan kecil yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh
kerjasama yang sangat erat. Orang tua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk mendidik anaknya. Pada dasarnya kewajiban ayah memberikan perlindungan
terhadap semua anggota keluarga baik secara fisik maupun psikis. Ibu
berkewajiban menjaga, memeliharadengan mendidik dan merawat anak-anaknya.
Tetapi boleh jadi peran dan fungsi ayah dan ibubisa bergantian tergantung
kepada situasi dan kondisi yang diperlukan.
Motivasi
pengabdian keluarga didasarkan pada cinta dan kasih sayang sangat natural,
sehingga suasana pendidikan yang berlangsung didalamnya berdasarkan pada
suasana yang tanpa memikirkan hak. Secara natural, ayah dan ibu telah
terpanggil untuk melakukan kewajiban mendidik anak-anaknya walaupun mereka
tidak mempunyai seperangkat kompetensi profesional sebagaimana layaknya seorang
guru disekolah, karena kewajiban itu berjalan dengan sendirinya secara
naluriah. Pendidikan dalam keluarga ketika fase kanak-kanak merupakan
pendidikan yang paling baik untuk mananamkan nila-nilai. Teknik yang paling
tepat dalam proses ini dengan imitasi atau proses pembinaan anak secara lansung
atau tidak lansung melalui pola dan tingkah laku seorang ayah dan ibu. Orang
tua mendidik untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya serta menanamkam
sikap dan mengembangan keterampilanya. Memberikan contoh sebagai keluarga ideal
dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga.
Motivasi
pengabdian keluarga (orang tua) semata-mata demi cinta kasih yang kodrati.
Didalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlansung seumur
anak itu dalam tanggung jawab keluarga. Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap
pendidikan anaknya meliputi hal –hal berikut :
a.
Dorongan atau motivasi cinta kasih yang menjieai hubungan orang tua
dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima
tanggungjawab dan mengabdikan dirinya untuk sang anak.
b.
Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggungjawab ini meliputi
nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai ketuhanan Yang Maha Esa dan agama
masing-masing disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan
kehormatan keluarga.
c.
Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga juga bagian dari
masyarakat, bangsa dan bernegara, bahkan kemanusiaan.
Disisi lain tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua
sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangja hal-hal berikut :
a.
Memelihara dan membebaskan anak, ini adalah bentuk yang paling
sederhana dari tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup
manusia.
b.
Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah,
dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan
hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
c.
Memberi pengajaran dalam
arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan
kecakapan seluas dan setinggi mungkin dapat dicapainya.
d.
Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hdup muslim.
Dasar-dasar pendidikan orang tua yang diberikan kepada anak
meliputi hal-hal berikut :
a.
Dasar budi pekerti dengan cara memberikan norma pandangan hidup
tertentu walaupun masih dalam pola yang masih sederhana.
b.
Daras pendidikan sosial dengan cara melatih anak dengan tata cara
bergaul dan komunikasi yang baik terhadap lingkungan sosial sekitar.
c.
Dasar pendidikan intelek dengan cara mengajar anak tentang
kaidah-kaidah bertutur bahasa yang baik.
d.
Dasar pembentukan kebiasaan pembinaan kepribadian yang baik dan
wajar dengan membiasakan anak hidup teratur, bersih, disiplin dan rajin.
e.
Dasar pendidikan kekeluargaan dengan memberikan apresiasi terhadap
keluarga.
f.
Dasar pendidikan nasionalisme dan patriotisme dan
berperikemanusiaan untuk mencintai bangsa dan tanah air.
g.
Dasar pendidikan agama, melatih dan membiasakan anak beribadah
kepada Tuhan dengan meningkatkan aspek keimanan dan ketakwaan.
b.
Lingkungan Sekolah
Sekolah yaitu pendidikan skunder
yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai keluar sekolah
dengan guru yang profesioanl. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
kerena menyelenggarakan suatu sistem pendidikan yang pengelolaanya dengan
aturan yang lenih ketat di bandingkan lembaga lainya.
Sekolah memegang peranan
penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu disamping keluarga sebagai pusat
pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
membentuk kepribadian anak. Pembinaan dan pengembangan anak disekolah
diorientasikan pada tujuan tertentu
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, diantaranya diorientasikan kepada
kehidupan masyarakat dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai budaya yang ada pada
masyarakat sekitarnya.
Sekolah sebagai sekolah formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggung jawab berikut ini :
1.
Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan
yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku ( undang-undang
pendidikan ).
2.
Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
3.
Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional
pengelola dan pelaksana pendidikan ( para guru dan pendidik ) yang memerima
ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatanya. Tanggung jawab ini
merupakan pelimpahan tanggung jawab dan kepercayaan orang tua ( masyarakat )
kepada sekolah dari para guru.
Sekolah formal
dirancang sedemikian rupa agar lebih efekitf dan lebih efisien, yaitu bersifat
klaksial dan berjenjang. Sistem klaksial memungkinkan anak belajar bersama dan
dipimpin oleh seorang atau beberapa guru sebagai fasilitator. Sebagai
konsekuensinya mereka menerima materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas
biasanya murid-muridnya mempunyai
kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.
Sekolah
memiliki ciri jenjang dapat dijelaskan sebagai berikut :
· Jenjang Lembaga
Sekolah
dirancang dengan berbagai tingkatan, dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai
Perguruan Tinggi (PT). Sebagian dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional
dan sebagian lainya dikelola oleh Departemen Agama.
· Jenjang Kelas
Di samping
berjenjang ke atas menurut tingkatan lembaga, juga berjenjang menurut tingkatan
kelas. Seperti pada jenjan lembaga, murid hanya bisa mengikuti pendidikan pada
kelas yang lebih tinggi bilamana ia telah dapat menyelesikan pendidikanya di
tingat sebelumnya. Jenjang kelas ini bervariasi. Pada tingat SD/MI terdiri dari
enam kelas, SMP/MTS tiga kelas, dan SMA/MA termasuk sekolah yang sederajat tiga
kelas. Sedangkan pada jenjang PT tidak ditentukan oleh jenjang kelas. Tetapi
sejauhmana mahasiswa dan mahasiswi dapat menyelesaikan pendidikanya sesuai dengan
kecepatanya.
Sistem pembelajaran pada masing-masing jenjang sebagaimana tersebut
diatas telah ditentukan muatan materi, desain, strategi pembelajaran yang
disebut dengan kurikulum. Masing-masing level atau jenis sekolah mempunyai
kurikulum sendiri yang berbeda antara satu sama lain. Dengan memperhatikan
asopan kurikulum ini, seoranga anak dapat berpindah ketempat lembaga dan atau
jenjang pendidikan lainya sesuai dengan kompetensi yang pernah dicapainya sesuai dengan muat5an
kurikulumnya.
Evaluasi untuk
mengukur kemampuan murid menyelesaikan pendidikannya pada suatu jenjang atau
jenis pendidikan dilakukan melalui tiga cara berikut :
1.
Formatif, dilakukan setiap selesai satu sesi pembelajaran.
2.
Sumatif, dilakukan setiap semester atau setiap tahun. Untuk
evaluasi yang diselenggarakan setiap tahun
ini kadang-kadang disebut dengan Evaluasi Tahap Akhir (EBTA).
3.
UAN (Ujian Akhir Nasional), adalah evaluasi yang diselenggarakan
pada sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah (Sekolah Negeri) atau sekolah
swasta yang berada dalam naungan pemerintah. Ujian ini bertujuan untuk
mengawasi kualitas penyelenggaraan pendidikan dan bermaksud untuk mengukur
kompetensi murid yang akan menyelesaikan pendidikan pada satu tingkat lembaga
supaya mempunyai standar kualitas minimal yang relatif sama secara nasional.
Pelaksanaan UAN di sekolah agar seorang murid belajar materi sebagaimana
dikehendaki oleh kurikulum sehingga segala aspek kepribadiannya dapat
berkembang secara maksimal dan optimal dengan rancangan kurikulumnya.
c.
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan pendidikan
terakhir, tapi bersifat permanen dengan pendidiknya masyarakat itu sendiri
secara sosial, kebudayaan adat istiadat dan kondisi masyarat setempat sebagai
lingkungan material. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah. Masyarakat besar
pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin
masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pendidikan dalam pegaulan
masyarakat banyak sekali terutama dalam lembaga-lembaga pendidikan seperti :
a)
Masjid, suaru atau langgar, musholla
b)
Madrasah, pondok pesantren
c)
Pengajian atau majelis taklim
d)
Kursus-kursus, dan
e)
Badan-badan pemerintah rohani (biro pernikahan, biro konsultasi,
keagamaan, dan lainya).
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan - kebiasaan, pembentukan pengertian (
pengetahuan ) sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Dalam
perkembanganya, lembaga pendidikan islam ini, menjadi sarana pengembangan
pribadi kearah kesempurnaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara
terus menerus. Lembaga pendidikan kemasyarakatan islam dapat mengambil bentuk
organisasi kepanduan, perkumpulan pemuda, olahraga, kesenian, remaja mesjid,
majlis taklim, koperasi, pusat keterampilan dan latihan, partai politik,
perkumpulan agama, dan lain-lain. Semua lembaga ini dapat difungsikan dalam mengemban
misi pendidikan islam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lingkungan pendidikan
merupakan lingkungan tempat berlansungnya proses pendidikan, yang merupakan
bagian dari lingkungan sosial. Proses mencapai tujuan pendidikan untuk
menghasilkan manusia yang unggul, baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu
pengetahuan tidak hanya tergantung pada sistem pendidikan formal. Namun juga
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan limgkungan masyarakat.
B.
saran
Dari uraian makalah diatas, adapun saran saya adalah untuk mencapai
pendidikan yang maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang erat dan sebuah koordinasi antar
lingkungan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar